Kuliah Kerja Nyata yang Saya jalani persiapannya lama, lembur, sampe masuk RS, dan berujung nangis waktu mau pulang saking terharunya. Drama happy ending? Iya.
Di sini Saya ga cerita up & downnya KKN Saya di Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur, tapi lebih ke sharing potensi yang ada di sana dari kacamata Saya.
Kebetulan, program kerja utama yang Saya kerjakan adalah membuat sebuah Tourism Guide Book, jadi muter-muter daerah Tanjung Batu dan survey adalah kegiatan utama Saya AKA JALAN-JALAN! (hahaha)
Banyak banget potensi yang bisa dikembangkan di Tanjung Batu, dan jujur saja ini memang pertama kalinya juga Saya menginjak tanah Kalimantan. Cara hidupnya berbeda, kondisi alam dan lingkungan juga jauh berbeda membuat Saya makin berapi-api. (burn)
Potensi alamnya luar biasa sih, dimulai dari bagaimana penduduk Tanjung Batu hidup sebagai warga pesisir pantai dan bertetangga dengan makhluk-makhluk (enak) di lautan. Jadi tim KKN kami dibantu oleh pengepul ikan (UD. Mutiara Jaya) dan sebuah organisasi bernama JALA. 2 kelompok ini memiliki tujuan yang sama, yaitu menerapkan nelayan untuk mencari ikan tanpa bom. Jelas karena itu merusak ekosistem di laut, dan ikan yang ditangkap juga uda ga seger, ga sehat. Dari seringnya main di gudang Ikan di UD. Mutiara Jaya ini, Saya jadi berkesempatan juga untuk membantu membuat album ikan, dimana modelnya banyak ikan-ikan seger gituh.
|
Album Ikan |
|
Album Ikan |
|
Album Ikan UD. Mutiara Jaya
Bangga sama Indonesia, beneran deh.
|
|
|
Kepiting Rajungan Siap Makan 1 tong Besar |
Selain memancing dengan alat pancing pada umumnya, di sana juga ada istilah Bagan. Jadi bagan itu semacam struktur yang dibangun di tengah laut dimana ada jala dalam bentuk lebih lebar dipasang, gunanya untuk memancing ikan secara lebih besar juga. Jadi memang ga setiap hari bisa dapat ikan langsung banyak, proses ini butuh menunggu beberapa hari. Makanya di tiap bagan paling tidak ada rumah kuecil ukuran 2.5x1m gitu buat berteduh.
|
Bagan |
|
Kuda laut yang ikut terjaring dijadikan gantungan sama nelayannya. |
|
Ini lucu banget, kapal buatan dari sterofoam |
Ikan memang jadi makanan utama di sana, beda dengan di Jawa yang kebanyakan orang makannya daging ayam, sapi atau bebek. Karena memang sejak kecil makanannya seafood, Saya sih memang lebih suka makan ikan laut. Makan cumi-cumi tiap hari pake sambel yang wooow nikmat banget.
Lebih bahagianya lagi, di Tanjung Batu juga ada tempat penangkaran Lobster. Lobster yang ditangkap di Pulau Derawan, dibudidaya dulu di Tanjung Batu. Kebanyakan pesanan untuk hotel-hotel berbintang di Jakarta, mulai dari lobster bambu, lobster Pakistan, Udan Ronggeng sampai Lobster Mutiara yang paling mahal ada di sini. Paling tidak ya untuk lobster Mutiara siap kirim harganya bisa sampai minimal 1,8 - 2 juta per ekor. Lobster = Makanan penuh gengsi hehe
Dikasih? Ya Iyaaa, waktu itu dikasih lobster bambu terus dimasak sederhana jadi sup, ENAK.
|
Perbandingan Ukuran Lobster Mutiara |
Move on dululah ya sama yang bikin laper, ngomongin budidaya di Tanjung Batu ada gerakan usaha rumahan yang sedang berkembang juga, yaitu budidaya rumput laut. Ini asik juga, karena Saya sempat ikut proses menanam bibit rumput laut di tengah laut. Padahal ga bisa berenang, tapi pengalaman ini luar byasak. Kira-kira minimal 1 kilo dari bibir pantai, ada untaian tali kasih buatan ibu-ibu yang dipakai untuk menali si bibit rumput laut. Jadi lumayanlah ngisi kebosanan karena di sana ga ada listrik di siang hari, ga bisa nonton tipi. Ibu-ibu ini sekaligus dapat pendapatan tambahan dari pekerjaan tali menali ini. Akhirnya budidaya rumput laut jadi salah satu penghasilan masyarakat Tanjung Batu deh.
|
Bibit Rumput Laut diikat satu persatu |
|
Harus sabar, makanya pakai cinta |
|
Pengalaman pertama nyebur di tengah laut tanpa alat dan ga bisa renang |
Foto dibawah ini adalah hasil dari penjemuran bibit rumput laut yang sudah dipanen lalu dikeringkan.
Rumput laut berwarna gelap (kanan) merupakan hasil penjemuran yang dilakukan selama 1 hari, (tengah) hari kedua dan (kiri) merupakan hasil akhir penjemuran yang telah berlangsung 3 hari. Rumput laut yang sudah siap kirim merupakan hasil penjemuran rumput laut yang telah berubah warna menjadi ungu dengan kondisi kering. Proses penjemuran sendiri membutuhkan bantuan sinar matahari, dan kontrol agar pengeringan terjadi secara merata.
|
Hasil proses pengeringan rumput laut |
Kalau rumput laut dibudidaya dan tumbuh di lautan, tumbuhan satu ini tumbuh di bibir pantai. Tanjung Batu juga punya hutan Mangrove yang lebat loh. Untuk menjelajah, waktu terbaik adalah ketika laut surut, dan saat tenagamu cukup full. Jalannya berlumpur bro, dan luas. Hutan Mangrove di Tanjung Batu tumbuh secara alami, jadi memang medannya sulit dilalui. Ga ada jalan khusus yang dibuat, dan pohonnya tumbuh ga teratur. Beda dengan hutan buatan, tapi justru seninya di situ. Di bagian hutan yang lebat, tracknya lebih menantang. Kalau beruntung kita bisa liat anggrek liat tumbuh dan Proboscis monkey atau Bekantan. Kebetulan hutan mangrove (sisi utara Tanjung Batu) yang lebat ada di belakang rumah jadi kami lebih sering main ke sini.
Hutan Mangrove di Tanjung Batu terdiri dari 3 jenis famili yang menyusun formasi hutan, yaitu Avicennia sp (tumbuh di zona proksimal, paling dekat dengan laut), Sonneratia sp (Zona middle, antara laut dengan darat), Rhizophora sp (Zona darat atau pasir berlumpur). Tumbuhan ini merupakan penahan abrasi dan bahan-bahan yang mencemari pantai.
|
Hutan Mangrove di sisi Utara (Belum cukup dalam uda lebat banget) |
|
Hutan Mangrove di sisi Selatan Tanjung Batu lebih mudah dijelajah |
Plus minus tetap ada, tapi datangnya bukan dari kondisi alamnya. Potensinya keindahan ini jadi kurang bersinar karena waktu kami datang ke Tanjung Batu, kondisi sampah di sana luar biasa tidak terkontrol. Kenapa? Karena tidak ada sistem pembuangan sampah. Lalu? ya sampahnya ada di mana-mana, dan ikut terbawa arus laut. Melihat hal itu, akhirnya tim KKN kami membuat sistem pembuangan sampah untuk Tanjung Batu. Rapat-membuat sistem-membuat ini itu- presentasi sampai deal! Terciptalah sistem pembuangan sampah bagi masyarakat Tanjung Batuu (alhamdulillah). Tim ini berhasil membuat sistem dari 0, mulai dari penyelesaian masalah titik sampah, fasilitas di titik pembuangan sampah, plang, sampai sistem management sampah dimana masyarakat muda di Tanjung Batu akhirnya ikut andil untuk bekerja sebagai penanggung jawab sampah. Sangat mengharukan untuk bisa ikut andil pada sebuah perkembangan suatu lokasi wisata, karena bagaimanapun permasalahan sampah bisa berdampak pada pariwisata. Go Tanjung Batu!
|
Tim yang berjuang keras untuk membuat sistem pembuangan sampah |
Masih banyak potensi alamnya, tapi kita beralih ke potensi budayanya juga ya. Di posting berikut!
Bonus : Peta Stasiun Sampah dan Peta Tanjung Batu
|
Peta Stasiun Sampah Tanjung Batu |
|
Peta Tanjung Batu |
0 comments: