Di post sebelumnya tentang potensi alam di Tanjung Batu , Saya membahas beberapa potensi alam yang menggiurkan. Pada tulisan kali ini, pembahasannya lebih kepada aktivitas masyaraka di sana. Bagi wisatawan yang mau ke Pulau Derawan, atau Pulau Maratua pasti lewat Tanjung Batu, makanya sayang banget kalau dilewatkan.
Bak Adat
Kehidupan modern dan tradisi terkadang bisa menjadi dua hal yang berdampingan atau berlawanan. Bagi masyarakat Tanjung Batu, khususnya Suku Bajau, tradisi harus tetap dilestarikan secara turun temurun agar arwah leluhur senantiasa melindungi generasi penerusnya.
Salah satu tradisi yang masih dijaga hingga sekarang adalah Bak Adat, atau ritual pemanggil arwah leluhur. Ritual ini diadakan setiap ada musibah atau penyakit yang menimpa keturunan suku Bajau. Tata cara ritual ini dilakukan selama empat hari dengan mempersembahkan sesajen kepada arwah leluhur yang dipangi kembali lewat tarian dan iringan musik khas suku Bajau.
Sesajen yang disediakan saat Bak Adat |
Di hari terakhir, keluarga penyelenggara berkumpul sejak pagi untuk melakukan prosesi bekamuk bohe (Meminta/mengambil air) dan penyiraman air sesaat memasuki rumah. Prosesi berlanjut dengan membawa seluruh sesajen ke pantai. Sesampainya di dermaga, dilakukan proses memutari dermaga sebanyak depalan kali. Sesajen ini kemudian dilepas ke laut dengan perahu kecil yang sudah dihias khusus.
Prosesi Bekamuk Bohe |
Prosesi Melepas Sesajen |
Perahu yang dihias |
Masyarakat suku Bajau percaya bahwa mereka akan mendapatkan teguran jika ada hidangan sesajen yang terlupakan, dan prosesi ini dimaksudkan untuk memberi makan kepada hantu laut yang dianggap merupakan perwujudan dari arwah leluhur mereka.
Igalan
Dengan menari, masyarakat Indonesia menggambarkan keindahan dan kekuatan alam semesta untuk mengekspresikannya dalam bentuk gerakan berisikan pesan-pesan yang indah. Oleh suku Bajau, gerakan burung Linggisan diadopsi sebagai sebuah tarian bernama Igalan.
Pementasan tarian Igalan hanya dikhususkan pada acara adat suku Bajau seperti pesta pernikahan, penyambutan tamu, dan peringatan hari jadi kampung Tanjung Batu. Seluruh pengisi acara adatnyapun hanya berasal dari warga keturunan suku Bajau.
Gerakan Tari Igalan |
Ibu Sainah merupakan sosok yang berjasa dalam pelestarian kesenian di Tanjung Batu. Seorang Ibu yang begitu mencintai budaya dan turut berjuang dalam aktifitas sosial ini mulai melatih tari sejak tahun 2008. Kegigihannya dalam melestarikan seni tari suku Bajau secara perlahan telah membuahkan hasil yang baik, terutama pada keberlangsungan budaya suku Bajau di Tanjung Batu. Harapannya adalah Tanjung Batu menjadi salah satu tujuan wisata budaya bagi para turis.
Bapak Kepala Desa, Ibu Sainah, pemain musik dan tim Penari Igalan |
Ibu Sainah Memainkan Alat Musik Kolintang |
Alat Musik Pengiring Tarian Igalan |
Gerakan dan musik yang tercipta berakar dari nenek moyang suku Bajau yang berasal dari Filipina.
Gerakannya Menyerupai Gerakan Burung |
Makanan Khas
Perkembangan pariwisata yang pesat membuat masyarakat Tanjung Batu berlomba-lomba untuk melakukan inovasi dalam kebutuhan pangan. Greget, Keminting dan Kue Sarang Semut merupakan contoh kue tradisional khas Tanjung Batu yang tengah melebarkan sayapnya. Saya berkesempatan melihat proses pembuatan kue, membuat design kemasan dan logo kedua kue ini.
Kue Greget dan Keminting (Kue Perijjak yang dalam bahasa Bajau berarti kemiri) merupakan kue yang disajikan saat prosesi upacara adat seperti pernikahan dan selamatan suku Bajau. Seluruh proses pembuatan kue dilakukan secara manual oleh Ibu Sainah.
- Bahan Baku Kue Greget :
Tepung, gula merah, kelapa parut, tepung tapioka, adas manis, dan sagu.
- Bahan Baku Kue Keminting :
Telur, susu, gula merah, tepung tapioka, dan minyak goreng.
Proses Pembuatan Kue Keminting |
Alat Pembuat Kue Keminting |
Kue Greget |
Hasil Pengemasan dan Logo Kue |
Kue Sarang Semut
Kue Sarang Semut |
Proses Pembuatan Kue Sarang Semut |
0 comments: